Sejarah dan Festival Jazz Tertua Di Indonesia

Sejarah dan Festival Jazz Tertua Di Indonesia

Sejarah dan Festival Jazz Tertua Di Indonesia – Musik jazz di negara Indonesia memiliki sejarah yang panjang, mungkin lebih panjang dari musik-musik modern lainnya. Musik jazz masuk ke Indonesia berbarengan dengan era swing di Amerika memasuki masa kejayaannya sekitar tahun 1922.

Saat itu musik jazz dimainkan terbatas hanya untuk menghibur orang-orang asing yang pada saat itu datang dari berbagai negara untuk berdagang dengan penguasa Hindia Belanda. poker 99

Sejak saat itu kesan musik jazz adalah musik kelas atas milik kaum “the have” mulai terbangun. Padahal dari sononya musik jazz merupakan musik egaliter untuk melawan kaum the have itu.

Sejarah dan Festival Jazz Tertua Di Indonesia

Kondisi begini memang seperti terbangun secara tidak sengaja, karena  di awal-awal perkembangannya di Indonesia musik ini banyak dimainkan di hotel-hotel kelas atas seperti Hotel Des Indes di Harmoni dan Hotel Der Nederlander Jakarta, Hotel Savoy Homan di Bandung, dan Hotel Oranye di Surabaya. www.americannamedaycalendar.com

Saat itu masih belum ada orang Indonesia yang memainkan musik jazz, kebanyakan musisi-musisinya berasal dari Filipina yang datang ke Indonesia untuk bekerja menjadi pemusik.

Sampai pada akhir 1940 setelah itu beberapa musisi lokal membentuk grup band untuk memainkan jazz seperti The Progresive Trio, The Iskandar’s Sextet dan Octet dengan aliran dixieland dan lagu-lagu oldtimer

Musisi Indonesia mulai berkibar, musik jazz mulai menyebar ke beberapa kota besar di Indonesia. Tahun 1955 munculah musisi jazz terkenal Indonesia yang kemudian melegenda bernama Bill Saragih yang memainkan Piano, flute, dan vibe, bersama Bob Tutupoly sebagai vokalis membentuk sebuah Grup band bertajuk Jazz Riders.

Di bagian lain Indonesia, Surabaya, masih di era yang sama muncul dua musisi yang kemudian menjadi ikon musik jazz di Indonesia, Bubi Chen seorang pianis dan Jack Lesmana gitaris yang merupakan ayah dari Indra Lesmana dan Mira Lesmana.

Memasuki era 70an makin banyak musisi Indonesia yang berkiprah di genre musik jazz ini, kakak beradik Ireng dan Kiboud Maulana, Perry Patiselano, Mustofa, Udin Zach, Benny Likumahuwa dan banyak nama-nama lain.

Namun, seperti para pendahulunya mereka memainkan musik ini hanya di tempat-tempat elite seperti hotel-hotel berbintang, klab-klab malam yang saat itu mulai bertebaran di beberapa kota besar di Indonesia. Seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan beberapa kota lain.

Kesan musik jazz adalah musik kaum elite membuat beberapa orang penikmat jazz  merasa terusik. Chandra Darusman dan beberapa orang lain yang saat itu mahasiswa  Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia berpikir bagaimana supaya musik Jazz ini bisa juga dinikmati masyarakat kebanyakan.

Berkaca pada keberhasilan dan sistem pelaksanaan Festival Jazz tertua di dunia North Sea Jazz Festival yang di selenggarakan di Den Haag Belanda pada tahun 1975.

Chandra Darusman dan kawan-kawan  setahun kemudian membuat festival jazz di kampusnya Fakultas Ekonomi UI dengan tajuk JAZZ GOES TO CAMPUS (JGTC) yang pertama, bertema “Bringin Jazz To Campus” yang artinya membawa jazz itu ke kampus dan khalayak ramai agar musik jazz di Indonesia itu tidak hanya milik kaum elite saja seperti yang terjadi saat itu.

Musisi jazz kenamaan Indonesia saat itu seperti Bubi Chen, Bill Saragih, Jack Lesmana, Benny Likumahuwa, Rien Djamain, Ireng Maulana, dan banyak lagi musisi lain. Di bawa Chandra ke FEUI yang waktu itu masih di Salemba Jakarta, dan hanya memakai satu panggung saja dan dihadiri oleh 2000 orang penonton.

Akhirnya musik Jazz berhasil di bawa ke ranah masyarakat kebanyakan dan dinikmati oleh mahasiswa-mahasiswa. Sejak saat itu JGTC menjadi agenda reguler tahunan FEUI. yang dilaksanakan setiap akhir bulan November atau awal Desember  setiap tahunnya.

Sampai tahun 2019 ini JGTC tidak pernah sekalipun absen diselenggarakan. Hal ini menobatkan JGTC menjadi Festival Jazz paling tua dan paling konsisten dilaksanakan di Indonesia, dan satu hal lagi ini merupakan festival jazz yang tidak pernah mengalami kerugian.

Setiap tahun mereka selalu membawa tema yang berbeda sesuai dengan concern panitia penyelenggara terhadap hal sosial yang berhubungan dengan perkembangan musik jazz di Indonesia.

Pada tahun 2008 atau penyelenggaraan yang ke-32, JGTC mengubah format penyelenggaraan seiring dengan meningkatnya animo masyarakat dan musisi yang ingin terlibat dalam festival jazz tersebut.

Sejak saat itu, JGTC melakukan Road show to JGTC,  sebagai prekuel kegiatan utama sekaligus teaser bagi para penggemar jazz dengan kegiatan audisi musisi-musisi pemula yang pemenangnya akan tampil di event utama JGTC.

Selain itu ada talkshow, charity program dan sosialisasi JGTC ke kota-kota  besar di luar Jabodetabek yang dipilih secara bergantian tiap tahunnya.

Panitia mulai melakukan pekerjaannya bulan Agustus untuk memilih vendor, sponsor, partner yang akan terlibat dalam festival ini.

Setelah screening calon panitia yang merupakan mahasiswa-mahasiswa aktif S1 reguler FEUI, minimal sudah semester 3 dan maksimal semester 7, selesai sebelum libur panjang semester ganjil.

Panitia yang terlibat dalam JGTC ini berkisar 300an orang yang terbagi ke dalam  4 departemen.

Sejarah dan Festival Jazz Tertua Di Indonesia

Mereka bekerja secara sukarela, tapi merupakan kebanggaan tersendiri apabila terpilih menjadi panitia pelaksana JGTC selain mendapatkan ilmu dan pengalaman dalam menyelenggarakan sebuah event.

Pertama kali  JGTC ini pada tahun 2001.

Masih dapat diingat betul di awal-awal tahun 2000an itu panggung yang disediakan cuma 2 panggung saja panggung barat dan panggung timur atau mereka menamakan panggungnya sesuai sponsor utama JGTC.

Sejak beberapa tahun lalu panggungnya menjadi empat, 2 panggung utama dan 2 lagi panggung yang agak kecil biasa yang panggung utama ada di ujung sebelah timur pintu masuk utama dan satu lagi di ujung sebelah barat berbatasan dengan Fakultas Teknik. dan dua panggung kecil itu terletak ditengah-tengah yang satu di lobi deket kantor fakultas dan satu lagi diseberang nya.

Selain keempat panggung itu panitia juga menyediakan berbagai macam stand makanan, merchandise, stand-stand untuk para pihak yang mensponsori kegiatan itu. Pintu akan mulai di buka pukul 12.00, biasa sampai dengan jam 4 masih terasa lengang, setelah itu mulai memadat sampai puncaknya pukul 7 malam ketika musisi-musisi utama mulai tampil. kepadatan penonton saat puncak acara itu membuat berjalan pun terasa susah, benar-benar penuh, namun suasananya asyik banget di alam terbuka dengan kondisi sekitar Kampus UI yang di Depok itu masih rimbun dengan pepohonan.

Tetapi sayang karena penyelenggaraannya selalu akhir November atau awal Desember yang di Indonesia saat itu adalah musim penghujan. Kita terkadang harus siap-siap kehujanan atau kalau mau membekali diri dengan jas hujan atau payung. Dan sebenarnya itu rada mengganggu juga karena tanahnya jadi becek dan berlumpur.

Musisi-musisi yang tampil 90% adalah musisi jazz Indonesia mulai dari Indra Lesmana, Benny Likumahuwa, Berry Likumahuwa, Tompi, Balawan, Andien, Raisa, Sandy Sandoro, Maliq and The Essential, Endah’N Resa, The Groove, Kahitna, Fariz RM, dan banyak lagi musisi lainnya.

Pada tahun ini JGTC memasuki penyelenggaraan yang ke 42 dan akan dilaksanakan pada tanggal 24 November 2019 di Campus Ground FEUI dengan Tema “Feel The New Jazzperience”.

JGTC yang kali ini akan membawa penonton pada pengalaman baru dalam menonton jazz dan musisi-musisi yang akan mereka tampilkan akan mewakili generasi milenial tapi tentu saja beberapa musisi senior yang menjadi langganan di JGTC akan tampil.

Harga tiket yang ditawarkan JGTC juga masih terjangkaulah apalagi kalau kita membeli di awal (early bird) mungkin harga tiket tahun ini tidak akan berbeda jauh dengan tahun lalu yang ada di range harga mulai dari Rp.80 ribu/orang  sampai dengan Rp 250 ribu/orang  untuk kelas VIP.

Harga segitu rasanya cukup seimbang dengan suguhan yang akan kita dapat pertunjukan musik Jazz selama 14 jam dari jam 12.00 WIB sampai dengan 02.00 dini hari. Semoga JGTC akan selalu konsisten menampilkan musik jazz sesuai dengan idealisme musik jazz di awal diperuntukan bagi semua kalangan tidak hanya untuk kelompok “The Have” saja.

Kampus Musik Terbaik di Indonesia

Kampus Musik Terbaik di Indonesia

Kampus Musik Terbaik di Indonesia – Adakah yang tertarik untuk masuk jurusan musik? Jika kalian tertarik karena hobi bermusik pastikan dulu berpikir ulang yas, karena jurusan musik bukan hanya memainkan alat musik saja tetapi belajar ilmu yang mendalam.

Selain dapat mempelajari hal yang kamu sukai, memilih kuliah jurusan musik juga dapat memperdalam ilmu kamu agar bisa mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan. Pasti mau dong bekerja sesuai hobi? Program studi yaitu bidang Seni Musik mempelajari musik sebagai medium untuk mengekspresikan seni melalui bunyi dan ritme. Didalam jurusan ini, kamu akan mempelajari banyak hal, mulai dari sejarah musik, teori musik, produksi musik, manajemen industri musik hingga komposisi musik. poker99

Kampus Musik Terbaik di Indonesia

Tidak boleh takut untuk tidak mengikuti passion mu karena menganggap lulusan dari jurusan seni tidak memiliki masa depan seperti jurusan pada umum nya, karena mengikuti passion memiiki kecenderungan untuk menjadi sukses, berikut ulasan tentang kampus di Indonesia yang memiliki jurusan musik yang bisa membuatkanmu untuk mempertimbangkan untuk memilih kampus mana yang cocok denganmu. https://www.americannamedaycalendar.com/

Nah jika kamu tertarik, inilah 15 Kampus Jurusan Musik Terakreditasi dan Terbaik di Indonesia yang bisa dijadikan referensi.

1. Institut Kesenian Jakarta (IKJ)

Institut Kesenian Jakarta (IKJ) merupakan kampus swasta dengan jurusan seni musik yan paling  populer di Indonesia, karena banyak grup musik lahir dari dalam kampus. Diantaranya White Shoes and The Couples Company dan Naif. Jurusan S1 seni musik IKJ berada di bawah Fakultas Seni dan Pertunjukan, bersama dengan jurusan seni teater, seni tari, etnomusikologi dan antropologi tari. IKJ sudah mengukir sejarah sebagai Perguruan Tinggi Seni pertama yang mempunyai semua bidang studi seni dalam satu kampus.

2. Universitas Negeri Jakarta (UNJ)

Pati tidak asing lagi dengan kampus satu ini. Ya, UnJ adalah salah satu kampus yang mempunyai jurusan Seni Musik di bwah naungan fFakultas Bahasa dan Seni .Letak Kampus A Gedung E, Universitas Negeri Jakarta, Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Timur 13220. Jurusan yang terakreditas B ini sudah banyak melahirkan seniman salah satunya Sundari Soekotjo, lulusan seni musik UNJ. Meskipun Jurusan Seni Musik termasuk jurusan kependidikan, Tapi lulusan dari UNJ mempunyai karir di luar bidang pendidikan.

3. Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Yogyakarta)

Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Yogyakarta) merupakan kampus negeri dengan jurusan kesenian tertua di Indonesia. Seniman-seniman populer tanah air yang lahir dari kampus ini seperti Butet Kertaredjasa, Edhi Sunarso, Didik Nini Thowok, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Kampus Musik Terbaik di Indonesia

Khusus untuk bidang musik, jurusan S1 Seni Musik ISI Yogyakarta berada di bawah Fakultas Seni Pertunjukan bersama dengan jurusan seni lainnya, mulai dari etnomusikologi, penciptaan musik, tari dan teater, karawitan, hingga pendalangan.

4. Universitas Negeri Malang (UM)

Jurusan di bidang musik yang ditawarkan oleh Universitas Negeri Malang adalah program studi Pendidikan Seni Tari dan Musik. Jurusan ini pun sudah terakreditasi A pada tahun 2017 lalu, lho. Pendidikan Seni Tari dan Musik yang disingkat dengan PSTM ini masuk ke dalam jurusan Seni dan Desain yang berada di bawah Fakultas Sastra.

5. Universitas Negeri Medan (UNIMED)

UNIMED juga memiliki program studi S1 Pendidikan Seni Musik di bawah jurusan Sendratasik pada Fakultas Bahasa dan Seni. Jurusan ini terakreditas B  Seperti halnya UNJ, lulusan Pendidikan Seni Musik UNIMED tidak hanya dapat berkarya sebagai pendidik, tetapi juga pelaku seni di bidang musik.

6. Universitas Pelita Harapan (UPH)

UPH merupakan universitas swasta yang menyediakan S1 Seni Musik dengan berbagai program studi menarik yang bisa kamu jadikan pilihan, seperti Classical Performance, Jazz & Pop Music Performance, Music Education, Music Therapy, Church Music Ministry, Performing Arts Production & Management, Sound Design & Music Production dan Music Composition & Film Scoring.

7.  Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR)

Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) merupakan kampus di Riau yang terakreditas C berfokus  pada bidang kesenian. Akademi Kesenian Melayu Riau  juga menerima calon mahasiswa baru yang terdaftar di beasiswa Bidikmisi. Akademi Kesenian Melayu Riau mempunyai program studi D3 Seni Musik, Seni Tari dan Seni Teater. Alamat  Akademi Kesenian Melayu Riau Komplek Dewan Kesenian Riau, Bandar Serai, Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru, Riau.

8. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kampus jurusan musik yang terakreditas B. UNY menawarkan program S1 Pendidikan Seni Musik. Lulusannya bukannya hanya menjadi pengajar, tetapi juga dapat menjadi seorang profesional di bidang musik.

9. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Siapa yang tidak dengan salah satu Universitas Kota Kembang ini. Letaknya di Jalan Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung, Jawa Barat.

Kampus Musik Terbaik di Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) adalah salah satu kampus negeri di Bandung yang mempunyai Fakultas Pendidikan Seni dan Desain yang di dalamnya jurusan S1 Pendidikan Seni Musik, Pendidikan Seni Rupa dan Pendidikan Seni Tari. Jurusan S1 Pendidikan Musik terakreditas B.

10. Institut Seni Indonesia Padang Panjang

 ISI Padang Panjang telah berdiri sejak tahun 1965. ISI Padang Panjang adalah salah satu kampus negeri di Sumatera yang punya jurusan seni musik. Fakultas Seni Pertunjukan meliputi  seni karawitan, seni tari dan seni teater serta S1 seni musik.

11. Universitas Pasundan

Universitas Pasundan (UNPAS) adalah salah satu kampus swasta di Bandung terakreditasi B  yang mempunyai jurusan S1 Seni Musik. Selain jurusan seni musik, Universitas Pasundan juga mempunyai jurusan Desain Komunikasi Visual, Fotografi & Film dan Sastra Inggris, semuanya berada di bawah Fakultas Ilmu Seni dan Sastra.

12. Sekolah Tinggi Seni Musik Bandung (STiMB)

Sekolah Tinggi Seni Musik Bandung (STiMB) bisa menjadi destinasi kamu yang ingin mengambil kuliah di jurusan Seni Musik. STiMB sendiri pun menawarkan dua program studi Seni Musik, yaitu D3 Penyaji Musik Populer dan S1 Seni Musik.

13. Universitas Sumatera Utara (USU)

PTN yang berada di Medan ini mempunyai jurusan kuliah di bidang musik yang bernama Etnomusikologi. Jurusan ini pun telah mendapatkan akreditasi A pada tahun 2017 lalu. Menurut laman jurusan Etnomusikologi USU, jurusan kuliah yang berada di bawah Fakultas Ilmu Budaya ini merupakan salah satu yang pertama di Indonesia. Untuk mata kuliah yang akan kamu pelajari antara lain Pengantar Etnomusikologi, PraktIk Musik Nusantara Pilihan, hingga Musik Ritual.

14. Universitas Negeri Semarang (UNNES)

UNNES letaknya di  Gedung B2 Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekarang, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah . UNNES memiliki program sarjana, magister  maupun doktor jurusan Pendidikan Seni Musik. Bukan hanya itu, Jurusan Musik UNNES terakreditas B. UNNES juga menjalankan kerjasama internasional di bidang seni dengan Bangkok Faculty Exchange Academy, Taipei National of Art dan negara Australia.

15. Sekolah Tinggi Internasional Konservatori Musik Indonesia

Sekolah Tinggi Internasional Konservatori Musik Indonesia (STIKMI) adalah kampus swasta di Banten terakreditasi C yang fokus pada bidang musik. Program untuk S1 Seni Musik STIKMI meliputi jurusan: Piano, String, Woodwinds, Brass, Percussion dan Voice. Untuk lulusan STIKMI akan mendapat gelar Sarjana Seni Konservatori (S.Sn.K).

Alat Musik Tradisional Indonesia Yang Mendunia

Alat Musik Tradisional Indonesia Yang Mendunia

Alat Musik Tradisional Indonesia Yang Mendunia – Indonesia merupakan negara yang begitu kaya. Bukan hanya karena banyaknya sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan, namun juga karena kebudayaan dan adat istiadat di dalamnya. Salah satu bukti kekayaan nyata Indonesia adalah banyaknya alat musik tradisional yang dimiliki.

Hampir semua wilayah di Indonesia memiliki alat musik yang menjadi ciri khas dari daerahnya. Jenis alat musik khas setiap daerah pun bermacam-macam, mulai dari alat musik petik, alat musik tiup, alat musik pukul dan lain sebagainya. pokerasia

Meski perkembangan alat musik makin canggih, alat musik tradisional tak hilang dan masih banayk digemari. Bahkan, beberapa alat musik tradisional Indonesia terkenal dan mendunia.

Indonesia mempunyai alat musik tradisional yang sangat banyak. Hal itu tak lepas dari kekayaan budaya masyarakatnya. Ada berbagai jenis alat musik yang bisa kamu temui.  Berikut  rangkum dari berbagai sumber jenis alat musik tradisional di Indonesia. www.mrchensjackson.com

Angklung dan Gamelan

1. Angklung

Jenis alat musik tradisional yang pertama yaitu angklung. Alat musik ini berasal dari Jawa Barat. Cara memainkan angklung yaitu dengan menggerakkan tangan kita. Alat musik ini cukup mendunia loh, banyak warga asing yang tertarik dengan alat musik ini. 

Alat Musik Tradisional Indonesia Yang Mendunia

Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan dengan tangan. Setelah digoyang makan bunyi akan keluar yang  disebabkan oleh benturan badan pipa bambu. Bunyi yang bergetar menghasilkan susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.

Meskipun berasal dari Jawa Barat tetapi ada banyak jenis angklung di Indoneisa, seperti Angklung Bali, Angklung Banyuwangi, Angklung Gubrag dan lain-lain.

2. Gamelan

Gamelan, jenis alat musik ini  berasal dari Jawa Tengah. Cara memainkan gamelan yaitu dengan dipukul dengan alat pemukul. Gamelan terdiri dari himpunan alat musik seperti Kendang, Bonang Barung, Bonang Penerus, Demung, Saron, Rebab.

Untuk kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa, “gamel” yang berarti memukul atau menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya kata benda.

Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk himpunan alat musik

Sasando dan kolintang

3. Sasando

Sasando, salah satu jenis alat musik tradisional yang cara memainkannya dengan dipetik ini berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Kini dengan sedikit modifikasi, ada sasando elektrik. Meski modern alat musik ini tetap mempertahankan bentuknya yang klasik, yaitu beresonansi daun lontar.

Alat Musik Tradisional Indonesia Yang Mendunia

Di Indonesia, sasando terbilang langka. Apalagi makin berkurangnya minat anak muda yang memainkan alat musik itu. Padahal dengan modifikasi elektrik tak tertutup kemungkinan bisa bersaing dengan alat musik masa kini.

4. Kolintang

Kolintang adalah salah satu jenis alat musik yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara. Permainan Kolintang pernah memecahkan rekor dunia pada tahun 2009 silam.

Tercatat 3.011 orang memainkan alat musik bambu bersama-sama dan 1.223 orang memainkan kolintang secara massal di Stadion Maesa Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.

Ribuan peserta memainkan alat musik mereka masing-masing secara apik sehingga nada yang dihasilkan pun serasi dan memiliki nilai seni yang tinggi.

Tak sia-sia, empat rekor dunia berhasil diraih. Yaitu memainkan alat musik bambu terbanyak, memainkan alat musik kolintang terbanyak, instrumen musik kolintang dan instrumen musik bambu terompet raksasa. Pemecahan rekor dunia di bidang seni budaya ini adalah rekor pertama di Sulut ataupun Indonesia.

Serune dan Selenthem

5. Serune Kale

Serune Kalee merupakan alat musik tradisional dari Aceh. Alat musik ini telah lama berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat.

Pada biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan.

Saat tahun 2013 di mana Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih menjabat sebagai presiden datang dan disambut dengan permainan alat musik Serune Kale. 

Bahan dasar Serune Kale ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk alat musik ini hampir menyerupai seruling bambu. Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.

6. Slenthem

Slenthem merupakan salah satu alat musik berasal yang dari Jawa Tengah. Cara memainkannya sama seperti gong yautu dengan cara dipukul dengan alat pukul.

Alat Musik Tradisional Indonesia Yang Mendunia

Slenthem termasuk dari salah satu instrumen gamelan.

Seperti halnya pada instrumen lain dalam satu set gamelan, slenthem tentunya memiliki versi slendro dan versi pelog. Wilahan Slenthem Pelog umumnya memiliki rentang nada C hingga B, sedangkan slenthem slendro memiliki rentang nada C, D, E, G, A, C’.

Saluang dan Tifa

7. Saluang

Saluang adalah alat musik asal Sumatera Barat yang dimainkan dengan cara ditiup. Dari cara memainkan dan bentuknya, alat musik ini hampir mirip dengan suling namun lebih sederhana sebab saluang hanya mempunyai 4 lubang berurutan. Menurut cerita zaman dahulu, para pemain saluang dikatakan memiliki mantra yang dapat menghipnotis siapa saja yang menyaksikan pertunjukannya.

8. Tifa

Berikutnya ada Tifa yang merupakan alat musik tradisional asal Papua dan Maluku. Bentuk alat musik ini sebenarnya hampir mirip dengan kendang namun lebih panjang seperti tube. Cara memainkannya pun dengan dipukul.

Biasanya tifa dihiasi dengan ukiran-ukiran khas Papua atau Maluku. Cantiknya ukiran pada tifa menjadikan alat musik ini banyak dijadikan buah tangan oleh para wisatawan asing yang datang ke Maluku atau Papua.

Aramba dan Bonang

9. Aramba

Jika tanah Jawa memiliki Gong, Sumatera Utara memiliki Aramba. Bentuk dan cara memainkan alat musik yang menghasilkan bunyi ideofon ini sangat mirip dengan gong. Begitu juga dengan bahan pembuatannya yang berasal dari logam. Biasanya aramba akan dimainkan bersama alat musik lain untuk menghasilkan paduan suara yang merdu.

10. Bonang

Alat musik asal Indonesia lain yang sudah mendunia adalah bonang. Alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul  atau termasuk alat musik yang menghasilkan bunyi ideofon ini berasal dari daerah Jawa Timur. Biasanya bonang akan dimainkan pada acara-acara besar atau acara adat seperti upacara. Dalam dunia global, bonang juga kerap digunakan dalam pertunjukan seni besar.

Panting dan Gembus

11. Panting

Panting merupakan alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Suku Banjar, dimana suku yang masih bertahan hingga sekarang ini menetap di daera Kaimantan Selatan. Cara memainkan alat musik panting sendiri dengan cara dipetik pada bagian senarnya sehingga menghasilkan bunyi kordofon.

12. Gembus

Tampak seperti gitar manual? Ya mungkin seperti itulah gambaran dari alat musik gambus. Dimana alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik pada bagian senarnya dan menghasilkan jenis bunyi kardofon ini sangat kental dengan adat Melayu.

Alat musik yang berasal dari daerah Riau ini juga sangat kental dengan nuansa budaya Arab, jadi bisa dibayangkan bukan bagaimana suara yang dihasilkan gambus?

Musik Keroncong, Semakin Disukai Kaum Milenial

Musik Keroncong, Semakin Disukai Kaum Milenial

Musik Keroncong, Semakin Disukai Kaum Milenial – Keroncong perlahan-lahan semakin diminati kalangan muda.

Seperti halnya disetiap pagelaran keroncong yang diadakan di Jawa Timur selalu dipenuhi pengunjung mulai dari kalangan remaja, paruh baya hingga kaum sepuh.

Pesatnya perkembangan keroncong di Jawa Timur menjadikan daerah ini sebagai barometer keroncong Indonesia. poker asia

Gairah ‘ledak’ keroncong salah satunya dapat dirasakan di Pekan Budaya Kabupaten Blitar yang digelar Rumag Blitar Kreatif (RBK) dan Pemkab Blitar di Alun-Alun Kanigoro, Jumat-Minggu (8-10/11/2019).

Puluhan grup keroncong dari seluruh wilayah Jawa Timur tampil menghibur warga yang sejak sore memadati kawasan Alun-Alun. https://www.mrchensjackson.com/

Musik Keroncong, Semakin Disukai Kaum Milenial

Penonton multi usia nampak kerasan berlama-lama menikmati keroncong sambil menikmati kopi dan kuliner yang tersaji di Pekan Budaya.

Acara Pekan Budaya Kabupaten Blitar juga diisi dengan edukasi yang dikemas dalam sarasehan budaya pada Sabtu (9/11/2019) malam, yang menampilkan beberapa narasumber, diantaranya Abdul Azis (Ketua RBK), Bambang Suharto (Ketua Pamori Jawa Timur) dan Suhendro Winarso (Kepala Dinas Parbudpora Kabupaten Blitar).

Budayawan Purwanto selaku moderator, menjelaskan keroncong era milenial merupakan keroncong yang mengalami perubahan-perubahan budaya.

Pekan budaya yang digelar selama tiga hari tiga malam diharapkan mampu menkeroncongkan kaum milenial.

“Keroncong merupakan salah satu produk budaya, kita lihat kali ini 3 malam kalau keroncong itu identik dengan wong sepuh, kali ini milenial keroncong semua,” ungkap Purwanto.

Sukses menjadi surganya keroncong, Pekan Budaya Kabupaten Blitar kali ini, menjadi bukti pesatnya perkembangan keroncong, keroncong era milenial tak bisa lagi disamakan dengan keroncong era 70an.

“Keroncong telah mengikuti perubahan di masyarakat, semoga terus lahir inovasi-inovasi untuk terus memajukan keroncong,” tukasnya.

Sementara itu Ketua RBK, Abdul Azis, selaku narasumber pertama menyampaikan, musik keroncong hari ini bukan lagi musik keroncong yang dinikmati oleh generasi Baby Bomber ( anak lahir tahun 45 -60an), generasi X yang lahir tahun 60 – 80 an.

Namun generasi milenial yang lahir antara 80 sampai sekarang bisa menikmatinya.

“Mereka (anak milenial) dulu hanya mendengar musik Keroncong yang populer di Indonesia. Malam ini di pekan budaya Kabupaten Blitar, mereka generasi milenial membuktikan diri bisa bermain Keroncong dengan kemampuan yang musikalitas yang tinggi.  Semoga Keroncong menjadi trend dan identitas budaya Indonesia. Menjadi musik yang bisa membawa kebudayaan yang berkarakter kepribadian Indonesia,” tandas Azis.

Narasumber kedua, Bambang Suharto, Ketua Paguyuban Artis dan Musisi Orkes Keroncong Indonesia (Pamori) Jawa Timur, di kesempatan ini menyampaikan perkembangan musik keroncong di Jawa Timur paling pesat di Indonesai.

Ini dibuktikan dengan tingginya kaderisasi musisi keroncong di Jawa Timur. 

Bambang menyebut, kaderisasi musisi keroncong Jawa Timur tertinggi di Indonesia.

“Kalangan muda (usia 30 tahun ke bawah) musisi keroncong di Jatim tumbuh subur, sekitar 85%. Sementara usia 30 keatas prosentasenya hanya 15%, kecil. Jawa Tengah saja cemburu kepada kita soal regenerasi, padahal disana ada sekolah musik. Ada indikasi, anak-anak yang sekolah musik tidak mau maen keroncong, mereka maen jazz dan lainnya. Kalau Jawa Timur, belajar otodidak, tapi bisa mengalahkan Jawa Tengah,” paparnya.

Menurut Bambang, pesatnya perkembangan keroncong di Jawa Timur disebabkan oleh budaya.

”Seni budaya di Jatim ini cepat sekali berkembang, karena anak-anak muda Jatim sangat kreatif, kreatifitasnya mengalahkan anak-anak dari luar daerah,” lanjutnya.

Pamori sendiri, lanjut Bambang, akan terus berupaya mengembangkan musik keroncong agar kedepan perkembanganya bisa semakin baik lagi dan menjadi identitas keindonesiaan yang dicintai seluruh rakyat Indonesia.

“Program kita salah satunya kaderisasi, dari musisi maupun penyanyi, dan peralatan musik. Kalau dulu peralatan banyak yang manual akustik, sekarang banyak yang elektrik. Banyak alat-alat musik baru munculnya dari Jawa Timur, seperti cello itu aslinya kan akustik, kini Jawa Timur memunculkan cello elektrik. Perubahan ini tidak bisa ditolak, karena moderninasi. Dan kini saya merintis maen musik keroncong tanpa kabel, jadi maen musik tidak perlu diam karena kabel, maen keroncong bisa berekspresi, masa rock bisa keroncong nggak bisa,” ujarnya.

Musik Keroncong, Semakin Disukai Kaum Milenial

Sementara itu Kepala Dinas Parbudpora Kabupaten Blitar, Suhendro Winarso, dalam paparanya menyampaikan Blitar sejak dulu merupakan tempat lahirnya orang-orang kreatif. Dia mencontohkan, Pak Turut (penemu Ketok Magic), Mbah Mujair (penemu ikan Mujair).

Di kesempatan ini Suhendro memuji kreatifitas Rumah Blitar Kreatif (RBK) yang memunculkan event kreatif dalam kemasan Pekan Budaya, yang salah satunya menampikan musik keroncong, jazz, mini festival kopi, dan bazar kuliner.

“Kita apresiasi, khususnya keroncong yang ternyata diapresiasi oleh masyarakat. Kita apresiasi ternyata masyarakat Blitar ini memiliki jiwa seni yang tinggi dan dalam kegiatan semacam ini,” tegas kepala dinas yang juga seorang dalang.

Suhendro berjanji ke depan pihaknya akan terus mendukung acara-acara kreatif yang digelar di Kabupaten Blitar.

”Acara semacam ini bukan hanya keroncongnya, tapi berpengaruh pada perputaran ekonomi masyarakat. Ini arahnya kepada peningkatan kesejahteraan dan daya saing Blitar,” tandasnya.

Kedepan lanjut Suhendro, Pemkab Blitar akan terus mencari ciri khas Kabupaten Blitar yang bisa dibanggakan, tidak hanya oleh masyarakat Blitar, tapi juga dibanggakan masyarakat dunia.

Untuk musik, tidak hanya keroncong, tapi pihaknya juga mendorong musisi Blitar untuk menemukan musik yang asli genrenya Blitar.

“Untuk musik, saya sudah sering komunikasi dengan musisi berbagai genre, coba cari musik yang asli genre nya Blitar. Kita juga berharap suatu saat di hotel-hotel, di café-café bisa menampilkan musik genrenya Blitar. Sebagai contoh saja, kalau ke Sunda kita dengan music degung, kalau kita ke Bali kita temui musik Bali yang khas,” paparnya.

Budaya Asli Indonesia

Keroncong adalah salah satu musik tradisional Indonesia yang namanya saat ini sudah jarang terde­ngar. Mulanya, jenis musik ini diperke­nalkan oleh bangsa Portugis sebagai hiburan untuk para budaknya yang berasal dari Afrika Utara dan India.

Mereka diberikan kesempatan untuk memainkan alat musik berkolaborasi dengan majikannya guna memainkan musik kerakyatan Portugis bernama Fado. Kekuasaan negara Portugis yang kala itu tergantikan Belanda di Indonesia tidak membuat musik ini menghilang.

Para budak dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu di Jakarta Utara telah terlanjur terbiasa dengan musik yang dimainkan bersama Portugis. Pada akhirnya, seiring perkembangan zaman, pada abad ke-19 musik itu pun diberi nama keroncong.

Kusbini pun juga menyampaikan musik keron­cong adalah musik asli ciptaan bangsa Indonesia sehingga keroncong adalah musik asli Indonesia. Banyak dari para ahli yang meragukan kalau musik keroncong ber­asal dari Portugis, karena tidak ditemu­kan group musik keroncong maupun lagu yang dinyanyikan seperti keron­cong di Portugis.

Menurut pendapat Rosalie Groos, ahli etno­musikologi, kata keroncong menun­jukan bunyi tertentu. Salah satunya dari gelang keroncong yang dikenakan wanita yang ketika berjalan, gelang ter­sebut bersentuhan dan menimbulkan suara.

Dalam perkembangannya, musik keroncong mengalami pasang surut. Musik Keroncong pun pernah mendunia dengan munculnya tokoh-tokoh keroncong seperti Gesang dengan karyanya Be­ngawan Solo.

Penyanyi yaitu Waljinah dan Sundari Sukoco juga di antara dari sekian penyanyi keroncong yang sangat terke­nal kala itu. Terutama dengan hadirnya Piagam Pelestarian Pusaka pada 2003 yang membuktikan bahwa keroncong adalah salah satu pusaka yang harus dilestarikan.

Sama perihalnya dengan jenis musik lainnya, keroncong juga memiliki ciri khas dalam segi musik dan cara me­nyanyikan lagunya. Ciri khas dari keroncong selain dari bentuk, gayanya juga ter­pengaruh permainan gendang dalam gamelan, juga kotekan dan gedugan dari musik. Nyanyiannya pun memiliki cengkok, nggandul, greget dan embat yang mengesankan tembang dengan ir­ingan khas slendro bergaya Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali.

Kesenian Sinden

Kesenian Sinden

Kesenian Sinden – Saat ini,  kesenian daerah dan kebudayaan sudah semakin sulit ditemui.  Namun bukan berarti kesenian tersebut hilang, hanya saja dikarenakan faktor perkembangan jaman dan teknologi membuat masyarakat kurang peduli dengan kesenian daerahnya. Akantetapi  di jawa barat  kesenian nyinden / sinden masih sering ditemui di acara-acara pegelaran seni sunda dan di acara pernikahan adat sunda yaitu prosesi nyaweran.

Apakah Sinden itu?

Seni Sinden merupakan sebutan bagi para wanita yang bernyanyi untuk mengikuti iringan Gendhing Gamelan. Sinden begitu identik dengan music Gamelan, karena Sinden biasanya selalu ada pada pertunjukan Wayang atau setiap pertunjukan yang menggunakan iringan music Gamelan. Selain mempunyai keahlian vocal yang baik, Sinden juga harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik agar dapat memeriahkan acara. idnpoker

Kesenian Sinden

Sebutan kata Sinden berasal dari kata “Pasindhian” yang berarti “kaya akan lagu” atau “yang melantunkan lagu“. Sehingga Pesinden dapat diartikan seseorang yang melantunkan lagu. Selain daripada itu, Sinden juga biasa di sebut dengan “Waranggana” yang diambil dari gabungan kata “wara” dan “anggana”. Kata wara sendiri yaitu berarti seseorang yang berjenis kelamin wanita dan anggana yang berarti sendiri. Dikaarenakan pada jaman dahulu, waranggana merupakan satu – satunya wanita dalam pentas pagelaran Wayang atau Klenengan. www.benchwarmerscoffee.com

Dalam pementasan Wayang jaman dahulu, Sinden biasanya hanya sendiri dan merupakan istri dari dalangnya atau salah satu anggota dari pengiring gamelan. Sinden ini biasanya di tempatkan di belakan dalang dan di barisan depan para pengiring gamelan. Sepanjang pementasan Wayang berlangsung, Sinden menyanyi sesuai dengan gendhing yang disajikan para pengrawit. Akantetapi seiring dengan perkembangan jaman, Sinden dialihkan tempatnya untuk menghadap para penonton, tepatnya di sebelah kanan dalang membelakangi simpingan Wayang. Selain tempatnya, jumlah Sinden pun tidak hanya satu orang, namun lebih dari dua orang.

Di beberapa daerah di jawa, Sinden terbagi menjadi beberapa jenis yaitu Gaya Yogyakarta/jawa tengah, Gaya sunda, Gaya jawa timur dan Gaya banyumas. Perbedaan tersebut terlihat dari gaya menyanyi dan vokalnya. Perihal ini mungkin terjadi karena perbedaan logat dan bahasa, sehingga berpengaruh pada gaya menyanyikannya. Meskipun begitu, namun fungsinya tetap sama sebagai pengiring pergelaran Wayang atau Klenengan.

Pada perkembangannya, saat ini Sinden tidak hanya berfungsi sebagai pengiring pertunjukan Wayang saja. Pada pertunjukan Wayang Sinden juga bisa berkomunikasi dengan Dalang atau para penonton dengan diselingi guyonan agar pertunjukan berjalan meriah. Selain daripada itu, Sinden juga berfungsi sebagai pepasren atau penghias pertunjukan, dengan riasan dan busana cantik khas jawa. Dalam pertunjukan Wayang modern Sinden juga tidak hanya menyanyikan lagu jawa sesuai dengan cerita Wayang, namun juga lagu Campursari dan Langgam jawa untuk membuat acara lebih meriah.

Kesenian sinden tak terlepas dari istilah sekar,  yaitu lantunan nada yang biasa orang dulu lakukan untuk menimang anaknya,  sebagai pengantar tidur, dan sebagainya.  Dikarenakan kebiasaan ini,  mengapa orang sunda identik dengan cara berbicaranya seperti bernyanyi karena terdapat nada di setiap pengucapannya.

Di jawa barat (Sunda)  Sinden biasa tampil saat acara pagelaran wayang golek yaitu  menjadi pendamping dalang saat melakukan pewayangan.  Sinden bertugas menyanyikan tembang (lirik atau sajak yang mempunyai irama). Sedangkan pada acara pernikahan,  sinden tampil saat prosesi saweran,  yaitu budaya menaburkan benda-benda kecil yang dilakukan oleh orang tua kedua mempelai.

Kesenian Sinden

Pada biasanya, saweran menaburkan benda-benda seperti kunyit, beras, permen, uang logam. Masing-masing benda tersebut memiliki arti bagi mempelai tersebut. Proses saweran dipercaya membuat orang yang mendapatkan benda-benda itu akan enteng jodoh dan murah rejeki. Saweran juga dipercaya dapat memberikan petunjuk kepada kedua mempelai agar menjadi keluarga yang bahagia dan tidak lupa untuk selalu bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Dalam sinden melantunkan pantun macapat dalam tembang Asmaradana atau Kinanti.

Sebagai salah satu dari kebudayaan dan kesenian indonesia,  keberadaan sinden yang selalu menjadi daya tarik karena pesona dan ciri khasnya tersendiri di setiap pagelaran seni sunda menjadi kunci eksistensi sinden yang masih ada hingga sekarang.

Tradisi Sinden :

Setelah hampir lima tahun vakum, tradisi kumkum sinden di Sendang Made yang terletak di Desa Made Kecamatan Kudu kembali digelar. Ritual ini dilakukan agar para sinden memiliki suara merdu dan awet muda, ritual ini juga menjadi penanda jika sinden sudah siap terjun ke dunia sinden yang profesional.

Sebanyak sepuluh sinden pun mengikuti ritual yang kabarnya sudah ada sejak zaman Raja Airlangga ini. Alunan musik tradisional gending Jawa mengiringi langkah para sinden menuju Sendang Drajat. Lemah gemulai cucuk lampah menuntun para sinden ini menuju sendang disaksikan ratusan warga setempat.

Tradisi kumkum sinden atau wisuda sinden kembali digelar di Sendang Made Kecamatan Kudu, Jombang pada (20/11). Prosesi wisuda bagi para sinden Jombang yang memiliki pesona tersendiri bagi masyarakat sekitar tersebut, dihadiri Hj. Wiwik Suyanto Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten. Banyak masyarakat yang hadir di lokasi Sendang Made untuk menyaksikan ritual tahunan ini. “Sudah enam tahun terakhir ini ritual kumkum sinden dilaksanakan, tujuannya adalah untuk meningkatkan kwalitas para sinden”, tutur Hari Kusmadi Kepala Parbupora.

Ritual “Kumkum Sinden” adalah salahsatu budaya khas Jombang yakni prosesi untuk mengangkat seorang calon sinden, menjadi sinden sejati. Sebanyak 43 sinden dan 8 dalang yang mengikuti wisuda tahun 2008 di Sendang Made, Kudu. Dari jumlah tersebut, mayoritas para calon sinden berusia belia. Bahkan ada beberapa yang masih duduk dibangku SD dan SMP.

Menjelang prosesi, sinden-sinden yang sudah berdandan cantik tersebut berbaris berjalan menuju ke lokasi sendang. Sendang Made terdiri dari tiga sendang. Salah satunya adalah sendang Derajat, disendang inilah para sinden diwisuda. Konon menurut Supono, juru kunci Sendang Made mengatakan bahwa prosesi kumkum sinden diyakini memiliki khasiat tersendiri bagi para sinden. Salah satunya adalah membuat wajah menjadi lebih cantik dan bersinar apabila para sinden kumkum (berendam) pada tengah malam pada hari tertentu.

Namun pada prosesi kumkum sinden kali ini, para sinden hanya disiram dengan air sendang dibangian kepalanya. Prosesi tersebut dilakukan oleh Supono, juru kunci sendang, dan Sukesi S.Sn M.Sn dosen tamu dari Institut Seni Indonesia Surakarta. Kemudian untuk penyematan selendang warna hijau, sebagai tanda telah resmi telah diwisuda menjadi sinden sejati dilakukan oleh istri Bupati Jombang Hj. Wiwik Suyanto ,SE.

Bersamaan dengan ritual kumkum sinden warga desa Made tiap tahu juga menggelar ritual bersih desa (sedekah desa) . Warga yang datang diwajibkan membawa tumpeng. Selain itu juga telah disiapkan dua tandu besar berbentuk pesawat terbang dan kupu-kupu yang didalamnya juga terdapat tumpeng-tumpeng.

Usai prosesi kumkum sinden, acara dilanjutkan dengan doa sedekah desa kemudian tumpeng-tumpeng yang ada dinikmati bersama-sama warga. Ritual ini bertujuan untuk menghindarkan desa dari segala mara bahaya dan musibah.

Benarkah Musik Dangdut Budaya Indonesia?

Benarkah Musik Dangdut Budaya Indonesia?

Benarkah Musik Dangdut Budaya Indonesia? – Dangdut is the music of my country, lagu yang diciptakan dan dibawakan oleh Project Pop, grup musik asal bandung, ini seolah menegaskan bahwa genre musik dangdut memang merupakan budaya Indonesia.

Seperti halnya budaya, yang semuanya merupakan produk dan praktik pencampuran dan pertemuan masyarakat dari budaya lain. Begitu pun musik dangdut yang kemudian dianggap sebagai musik tradisional Indonesia. idn poker

Dangdut ini adalah hasil pertemuan berbagai musik dari beberapa wilayah di dunia seperti Melayu, Hindustani, dan Arab yang dibawa dan diserap lantas dikolaborasikan menjadi sebuah harmoni musik.

Benarkah Musik Dangdut Budaya Indonesia?

Tidak berhenti disitu dalam perjalanannya kemudian genre musik lain pun turut serta memperkaya komposisi musik dangdut, seperti gamelan tradisional, Rock,Pop,bahkan House Music. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Jadi Dangdut bisa disebut berasal dari berbagai pengaruh musik dunia yang diracik di Indonesia. Dan terus menerus diperkaya dengan aliran musik dari berbagai genre dan etnis.

Istilah “Dangdut” pada awalnya dikenal sebagai musik Melayu. Musisi yang memainkannya biasanya menamakan diri mereka “Orkes Melayu” (OM)

Jenis musik dari kawasan Melayu, khususnya Deli, Sumatera utara, dengan instumen pokok gambus (oud), akordeon, biola dan rebana (bukan gendang).

Terus siapa yang pertama kali memperkenalkan istilah “dangdut” menjadi mendunia seperti sekarang ini. Terdapat beberapa versi terkait hal ini.

Jika Kata Pengantar Hamid Basyaib dalam buku Catatan Pinggir, vol. Ke-12, 2017 menjadi acuan, Goenawan Muhammad-lah yang pertama kali memunculkan istilah ini lewat salah satu tulisannya di Majalah Tempo.

Walaupun ia tak menerangkan tulisan GM di edisi mana, namun yang jelas Majalah Tempo  terbit pertama kali pada tanggal 06 Maret 1971.

Sementara menurut Arief Paderi, Putu Wijaya -lah yang pertama kali menyebut Orkes Melayu ini menjadi istilah dangdut, dalam tulisan Putu Wijaya di Majalah Tempo edisi 27 Mei 1972.

Dalam tulisannya tersebut, Putu menerangkan bahwa lagu Boneka India yang dinyanyikan Ellya Khadam merupakan campuran antara Melayu,India,dan irama dang-ding-dut, yang diringkas kemudian menjadi “dangdut”.

Sejak itu Tempo selalu menyebut Orkes Melayu menjadi dangdut dalam setiap artikel yang diterbitkannya.

Namun ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Rhoma Irama-lah yang  pertama kali mengucapkan istilah musik melayu ini menjadi dangdut.

Saat ia menulis dan menyanyikan lagu yang kita kenal sekarang dengan judul lagu “Terajana”. Lagu yang diciptakannya sekitar tahun 1970 setahun sebelum Majalah Tempo terbit. Awalnya lagu Terajana ini sempat disebut lagu “dangdut” oleh Rhoma, saat ia menggelar pertunjukan di pertengahan 1970.

Kata Dangdut kemudian masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) meskipun kita tak tahu kapan persisnya masuk ke dalam kamus acuan kata dalam Bahasa Indonesia.

Yang jelas dalam KBBI edisi III tahun 2002, disitu tertulis, Dangdut adalah;

“jenis irama musik yang ditandai pukulan tetap bunyi gendang rangkap, yang memberikan bunyi dang pada hitungan ke-4, dan dut pada hitungan ke-1 dari birama berikut.”

Dalam perjalanannya kemudian, musik dangdut, seperti halnya karakteristik sebuah budaya terus mengalami perkembangan dan mulai beasimilasi dengan genre musik lain.

Pada tahun 70-an Rhoma Irama merupakan salah satu motor evolusi musik dangdut pada periode ini. Ia seperti coba menggabungkan dangdut dengan genre musik hardrock dan sedikit funk.

Benarkah Musik Dangdut Budaya Indonesia?

Menurut peneliti Seni Pertunjukan  Asia Tenggara asal University of Connecticut Amerika Serikat, Prof. Matthew Isaac Cohen. Rhoma Irama saat itu mencampurkan komposisi musiknya dengan sentuhan perkusi John Bonham dari Led Zeppelin dalam lagu “Pertemuan” atau sayatan gitar Ritchie Blackmore dalam lagu “Ghibah”.

Memasuki tahun 80-an dan 90-an, walaupun Rhoma Irama masih sangat berpengaruh, namun karena alasan politis khas jaman Orde Baru. Ia tak memiliki kesempatan untuk mengisi acara-acara di televisi.

Nah masuklah kemudian musisi-musisi dangdut seperti Meggi.Z, Camelia Malik, Mansyur. S, Elvi Sukaesih, Muchsin Alatas dan beberapa pedangdut lainya kerap mengisi acara-acara musik di TV sehingga mereka mencapai puncak popularitasnya.

Masa ini, sebagian besar perangkat musiknya masih menggunakan alat-alat musik standar tanpa campur alat musik berbasis komputer.

Nah memasuki pertengahan 90-an alat musik berbasis komputer(syntesizer), mulai meramaikan corak musik dangdut terutama saat melakukan rekaman di studio musik.

Para pedangdut di generasi ini digawangi oleh nama-nama, seperti Evi Tamala, Hamdan Atamimie, Iis Dahlia, Asmin Cader hingga Jhoni Iskandar.

Muncul juga variasi bergaya disko dalam rekaman lagu-lagu Merry Andani, hingga Rama Aipama menjadi pilihan periode ini. Inilah kali terakhir periode emas rekaman berbasis pita kaset dalam merekam lagu, yang kemudian berganti menjadi compact disc.

Masa rekaman pita kaset dan Compact Disc merupakan puncak keemasan bagi para pemusik dangdut. Setelah kemudian masuk teknologi digital MP3 dengan berbagai perangkat digitalisasi musik lainnya, industri musik dangdut mulai menurun.

Nah di masa transisi inilah kemudian muncul sub genre musik dangdut yakni dangdut koplo untuk menyiasati sisi pemasaran bagi praktisi dangdut.

Dangdut Koplo cukup berbeda dengan dangdut-dangdut lainnya di mana tabuhan gendangnya memiliki ketukan lebih banyak dan lebih cepat dari dangdut sebelumnya.

Dan akan lebih bisa dinikmati bila disaksikan secara live, ditambah dengan penyanyinya yang cantik dan berpakaian cukup sexy. Hal inilah yang membuat dangdut masih bisa berkibar di tengah masyarakat.

Selain Koplo, dalam perkembangannya genre musik dangdut melahirkan sub genre lainnya di tahun 2000-an. Seperti Dangdut Sunda, Dangdut Saluang Minang, Dangdut Tarling Cirebon, hingga Dangdut Banjar.

Jelas lah bahwa tak ada budaya yang terkungkung dalam cangkangnya sendiri. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan budaya termasuk musik dangdut yang bisa disebut sebagai budaya milik Indonesia ini.

Ekonomi,teknologi, dan perkembangan komunitas merupakan penyumbang terbesar evolusi budaya musik dangdut di Indonesia.

Menurut Andrew Weintraub, Profesor Ilmu Musik University of Pittsburg AS seperti di nukil dari bukunya yang berjudul Dangdut; Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia.

Dangdut adalah suatu bentuk atau cara berkesenian yang mungkin kini paling luwes untuk menerangkan pada masyarakat dunia tentang apa itu Indonesia.

Lebih jauh, Andrew berpendapat,

“dangdut tidak hanya mencerminkan keadaan politik dan budaya nasional. Namun sebagai praktik, ekonomi, politik, dan ideologi, dangdut telah membantu membentuk gagasan tentang kelas, gender, dan etnisitas di negara Indonesia modern.”

tulisnya dalam buku yang dirilis tahun 2012 ini. What ever-lah itu, bagi penikmat dan penggemar dangdut yang penting, Sulingnya suling bambu, Gendangnya kulit lembu, Dangdut suara gendang, rasa ingin berdendang…. Terajana…. Terajana.

Interaksi dengan Musik Lain

Dangdut sangat elastis terhadap pengaruh bentuk musik yang lain. Lagu-lagu dari Barat yang populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre dari musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut.

Perihal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut. Musik seperti rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Aliran campuran antara musik dangdut & rock secara tidak resmi dinamakan Rockdut.