Musik Keroncong, Semakin Disukai Kaum Milenial

Musik Keroncong, Semakin Disukai Kaum Milenial

Musik Keroncong, Semakin Disukai Kaum Milenial – Keroncong perlahan-lahan semakin diminati kalangan muda.

Seperti halnya disetiap pagelaran keroncong yang diadakan di Jawa Timur selalu dipenuhi pengunjung mulai dari kalangan remaja, paruh baya hingga kaum sepuh.

Pesatnya perkembangan keroncong di Jawa Timur menjadikan daerah ini sebagai barometer keroncong Indonesia. poker asia

Gairah ‘ledak’ keroncong salah satunya dapat dirasakan di Pekan Budaya Kabupaten Blitar yang digelar Rumag Blitar Kreatif (RBK) dan Pemkab Blitar di Alun-Alun Kanigoro, Jumat-Minggu (8-10/11/2019).

Puluhan grup keroncong dari seluruh wilayah Jawa Timur tampil menghibur warga yang sejak sore memadati kawasan Alun-Alun. https://www.mrchensjackson.com/

Musik Keroncong, Semakin Disukai Kaum Milenial

Penonton multi usia nampak kerasan berlama-lama menikmati keroncong sambil menikmati kopi dan kuliner yang tersaji di Pekan Budaya.

Acara Pekan Budaya Kabupaten Blitar juga diisi dengan edukasi yang dikemas dalam sarasehan budaya pada Sabtu (9/11/2019) malam, yang menampilkan beberapa narasumber, diantaranya Abdul Azis (Ketua RBK), Bambang Suharto (Ketua Pamori Jawa Timur) dan Suhendro Winarso (Kepala Dinas Parbudpora Kabupaten Blitar).

Budayawan Purwanto selaku moderator, menjelaskan keroncong era milenial merupakan keroncong yang mengalami perubahan-perubahan budaya.

Pekan budaya yang digelar selama tiga hari tiga malam diharapkan mampu menkeroncongkan kaum milenial.

“Keroncong merupakan salah satu produk budaya, kita lihat kali ini 3 malam kalau keroncong itu identik dengan wong sepuh, kali ini milenial keroncong semua,” ungkap Purwanto.

Sukses menjadi surganya keroncong, Pekan Budaya Kabupaten Blitar kali ini, menjadi bukti pesatnya perkembangan keroncong, keroncong era milenial tak bisa lagi disamakan dengan keroncong era 70an.

“Keroncong telah mengikuti perubahan di masyarakat, semoga terus lahir inovasi-inovasi untuk terus memajukan keroncong,” tukasnya.

Sementara itu Ketua RBK, Abdul Azis, selaku narasumber pertama menyampaikan, musik keroncong hari ini bukan lagi musik keroncong yang dinikmati oleh generasi Baby Bomber ( anak lahir tahun 45 -60an), generasi X yang lahir tahun 60 – 80 an.

Namun generasi milenial yang lahir antara 80 sampai sekarang bisa menikmatinya.

“Mereka (anak milenial) dulu hanya mendengar musik Keroncong yang populer di Indonesia. Malam ini di pekan budaya Kabupaten Blitar, mereka generasi milenial membuktikan diri bisa bermain Keroncong dengan kemampuan yang musikalitas yang tinggi.  Semoga Keroncong menjadi trend dan identitas budaya Indonesia. Menjadi musik yang bisa membawa kebudayaan yang berkarakter kepribadian Indonesia,” tandas Azis.

Narasumber kedua, Bambang Suharto, Ketua Paguyuban Artis dan Musisi Orkes Keroncong Indonesia (Pamori) Jawa Timur, di kesempatan ini menyampaikan perkembangan musik keroncong di Jawa Timur paling pesat di Indonesai.

Ini dibuktikan dengan tingginya kaderisasi musisi keroncong di Jawa Timur. 

Bambang menyebut, kaderisasi musisi keroncong Jawa Timur tertinggi di Indonesia.

“Kalangan muda (usia 30 tahun ke bawah) musisi keroncong di Jatim tumbuh subur, sekitar 85%. Sementara usia 30 keatas prosentasenya hanya 15%, kecil. Jawa Tengah saja cemburu kepada kita soal regenerasi, padahal disana ada sekolah musik. Ada indikasi, anak-anak yang sekolah musik tidak mau maen keroncong, mereka maen jazz dan lainnya. Kalau Jawa Timur, belajar otodidak, tapi bisa mengalahkan Jawa Tengah,” paparnya.

Menurut Bambang, pesatnya perkembangan keroncong di Jawa Timur disebabkan oleh budaya.

”Seni budaya di Jatim ini cepat sekali berkembang, karena anak-anak muda Jatim sangat kreatif, kreatifitasnya mengalahkan anak-anak dari luar daerah,” lanjutnya.

Pamori sendiri, lanjut Bambang, akan terus berupaya mengembangkan musik keroncong agar kedepan perkembanganya bisa semakin baik lagi dan menjadi identitas keindonesiaan yang dicintai seluruh rakyat Indonesia.

“Program kita salah satunya kaderisasi, dari musisi maupun penyanyi, dan peralatan musik. Kalau dulu peralatan banyak yang manual akustik, sekarang banyak yang elektrik. Banyak alat-alat musik baru munculnya dari Jawa Timur, seperti cello itu aslinya kan akustik, kini Jawa Timur memunculkan cello elektrik. Perubahan ini tidak bisa ditolak, karena moderninasi. Dan kini saya merintis maen musik keroncong tanpa kabel, jadi maen musik tidak perlu diam karena kabel, maen keroncong bisa berekspresi, masa rock bisa keroncong nggak bisa,” ujarnya.

Musik Keroncong, Semakin Disukai Kaum Milenial

Sementara itu Kepala Dinas Parbudpora Kabupaten Blitar, Suhendro Winarso, dalam paparanya menyampaikan Blitar sejak dulu merupakan tempat lahirnya orang-orang kreatif. Dia mencontohkan, Pak Turut (penemu Ketok Magic), Mbah Mujair (penemu ikan Mujair).

Di kesempatan ini Suhendro memuji kreatifitas Rumah Blitar Kreatif (RBK) yang memunculkan event kreatif dalam kemasan Pekan Budaya, yang salah satunya menampikan musik keroncong, jazz, mini festival kopi, dan bazar kuliner.

“Kita apresiasi, khususnya keroncong yang ternyata diapresiasi oleh masyarakat. Kita apresiasi ternyata masyarakat Blitar ini memiliki jiwa seni yang tinggi dan dalam kegiatan semacam ini,” tegas kepala dinas yang juga seorang dalang.

Suhendro berjanji ke depan pihaknya akan terus mendukung acara-acara kreatif yang digelar di Kabupaten Blitar.

”Acara semacam ini bukan hanya keroncongnya, tapi berpengaruh pada perputaran ekonomi masyarakat. Ini arahnya kepada peningkatan kesejahteraan dan daya saing Blitar,” tandasnya.

Kedepan lanjut Suhendro, Pemkab Blitar akan terus mencari ciri khas Kabupaten Blitar yang bisa dibanggakan, tidak hanya oleh masyarakat Blitar, tapi juga dibanggakan masyarakat dunia.

Untuk musik, tidak hanya keroncong, tapi pihaknya juga mendorong musisi Blitar untuk menemukan musik yang asli genrenya Blitar.

“Untuk musik, saya sudah sering komunikasi dengan musisi berbagai genre, coba cari musik yang asli genre nya Blitar. Kita juga berharap suatu saat di hotel-hotel, di café-café bisa menampilkan musik genrenya Blitar. Sebagai contoh saja, kalau ke Sunda kita dengan music degung, kalau kita ke Bali kita temui musik Bali yang khas,” paparnya.

Budaya Asli Indonesia

Keroncong adalah salah satu musik tradisional Indonesia yang namanya saat ini sudah jarang terde­ngar. Mulanya, jenis musik ini diperke­nalkan oleh bangsa Portugis sebagai hiburan untuk para budaknya yang berasal dari Afrika Utara dan India.

Mereka diberikan kesempatan untuk memainkan alat musik berkolaborasi dengan majikannya guna memainkan musik kerakyatan Portugis bernama Fado. Kekuasaan negara Portugis yang kala itu tergantikan Belanda di Indonesia tidak membuat musik ini menghilang.

Para budak dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu di Jakarta Utara telah terlanjur terbiasa dengan musik yang dimainkan bersama Portugis. Pada akhirnya, seiring perkembangan zaman, pada abad ke-19 musik itu pun diberi nama keroncong.

Kusbini pun juga menyampaikan musik keron­cong adalah musik asli ciptaan bangsa Indonesia sehingga keroncong adalah musik asli Indonesia. Banyak dari para ahli yang meragukan kalau musik keroncong ber­asal dari Portugis, karena tidak ditemu­kan group musik keroncong maupun lagu yang dinyanyikan seperti keron­cong di Portugis.

Menurut pendapat Rosalie Groos, ahli etno­musikologi, kata keroncong menun­jukan bunyi tertentu. Salah satunya dari gelang keroncong yang dikenakan wanita yang ketika berjalan, gelang ter­sebut bersentuhan dan menimbulkan suara.

Dalam perkembangannya, musik keroncong mengalami pasang surut. Musik Keroncong pun pernah mendunia dengan munculnya tokoh-tokoh keroncong seperti Gesang dengan karyanya Be­ngawan Solo.

Penyanyi yaitu Waljinah dan Sundari Sukoco juga di antara dari sekian penyanyi keroncong yang sangat terke­nal kala itu. Terutama dengan hadirnya Piagam Pelestarian Pusaka pada 2003 yang membuktikan bahwa keroncong adalah salah satu pusaka yang harus dilestarikan.

Sama perihalnya dengan jenis musik lainnya, keroncong juga memiliki ciri khas dalam segi musik dan cara me­nyanyikan lagunya. Ciri khas dari keroncong selain dari bentuk, gayanya juga ter­pengaruh permainan gendang dalam gamelan, juga kotekan dan gedugan dari musik. Nyanyiannya pun memiliki cengkok, nggandul, greget dan embat yang mengesankan tembang dengan ir­ingan khas slendro bergaya Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali.